Baru baru ini viral sebuah video memperlihatkan seorang
pemuda takmir masjid memarahi bapak-bapak yang sedang melaksanakan salat zuhur
di sebuah masjid di kota Bekasi. Si takmir masjid memarahi bapak-bapak karena
memakai masker saat salat.
Menurut narasi yang beredar, Si bapak datang ke
sebuah masjid untuk melaksanakan salat zuhur. Setelah selesai salat, Si pemuda
takmir masjid menghampiri bapak tersebut dan mulai melontarkan kata-kata
bernada tinggi larangan mengenakan masker di masjid. Ia menegaskan kepada bapak
tersebut bahwa masjid berbeda dengan pasar. Si pemuda berasumsi bahwa masjid
telah terbebas dari beragam jenis penyakit termasuk Covid-19.
Tak mau kalah, Si bapak membalas berargumen bahwa
mengenakan masker telah sesuai dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Perseteruan pun berlanjut hingga Si bapak mengancam akan
menempuh jalur hukum. Selang beberapa hari kemudian video tersebut telah viral
dan ditonton ribuan netizen yang kemudian memunculkan beragam komentar negatif.
Tak cukup sampai disitu. Di Surabaya juga sempat
viral sebuah video seorang bapak-bapak bersama dengan anaknya yang dengan santainya
mengolok pengunjung mall yang mengenakan masker. Beragam kata cacian ia
lontarkan. Hingga video ini viral, tim Polrestabes Surabaya langsung mengusut
dan mendatangi Si bapak untuk mempertanggung jawabkan aksinya.
Dari dua kasus diatas dapat kita simpulkan
bahwasanya sekelompok orang telah melakukan aksi menolak protokol kesehatan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kita semua tahu bahwa saat ini pemerintah
tengah gencar mengkampanyekan pematuhan terhadap protokol kesehatan dalam
rangka menahan laju peningkatan penularan Covid-19. Bahkan yang terbaru,
pemerintah pusat menggalakan larangan mudik
lebaran dengan pengecualian keadaan darurat atau mudik dalam suatu zona yang telah ditentukan.
Berat rasanya bagi masyarakat melaksanakan protokol
kesehatan dan larangan mudik dari pemerintah. Bahkan sebagian orang telah ogah menggunakan masker terus menerus karena efek
sesak nafas yang ditimbulkan. Apalagi larangan mudik yang kedua kalinya telah
diterapkan. Semakin menambah kegusaran masyarakat dalam menjalankan protokol
kesehatan.
Apakah salah jika masyarakat tidak mengindahkan
protokol kesehatan a la pemerintah? Coba
kita urai akar permasalahannya. Timbulnya aksi penolakan protokol kesehatan
dari sekelompok masyarakat disebabkan oleh kebosanan masyarakat dalam mematuhi
protokol kesehatan. Mereka telah mencapai batas patuhnya sehingga timbul
penolakan. Mereka berharap bahwa peraturan dari pemerintah dapat berjalan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tetapi yang mereka dapat adalah
kekecewaan. Pada akhirnya, mereka menerapkan cara mereka sendiri dalam
menyikapi kondisi yang tengah berlangsung.
Apakah ini sebuah pembenaran dari sikap mereka? Coba
kita telisik lebih dalam lagi. Dalam hal ini, pemerintah tidak serta merta berkeinginan
membuat masyarakat kecewa. Pemerintah mempunyai alasan mengapa mereka membuat
sebagian masyarakat tersebut kecewa. Baru baru ini masyarakat mempermasalahkan
larangan mudik part 2, tetapi malah
mengizinkan tempat wisata untuk dikunjungi. Bagi sebagian orang kebijakan ini
tidaklah masuk akal. Dimana kedua aktifitas tersebut tetap berpotensi
menimbulkan lonjakan angka penularan covid-19.
Tetapi kawan, ada hal yang perlu dipahami. Pemerintah
berusaha mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Dengan tetap
terbukanya tempat wisata, roda ekonomi masyarakat akan berputar. Sehingga dampaknya
akan lebih luas pada sektor ekonomi masyarakat. Disamping itu, penerapan
protokol kesehatan lebih dapat dikontrol apabila masyarakat masuk ke tempat
wisata. Sedangkan mudik adalah kepentingan pribadi. Dimana momen keluarga
bekumpul saling bersilaturahmi. Jikalau mudik
tetap dijalankan, dampak yang ditimbulkan tetaplah lebih kecil dibandingkan
dari tetap terbukanya tempat wisata. Ya, walaupun pemudik tetap berbelanja
oleh-oleh dan sebagainya. Memang menggerakkan ekonomi, tetapi dampaknya kurang
tajam. Terlebih lagi, pemerintah tidak bisa mengontrol penerapan protokol
kesehatan bagi masyarakat yang mudik.
Berat rasanya memang ketika kita harus menyeimbangkan
kepentingan pribadi dan bersama. Ada pihak yang harus dirugikan, sementara yang
lainnya diuntungkan. Tugas pemerintah adalah mengedukasi masyarakat tentang
kebijakan yang akan diterapkan sehingga masyarakat paham apa yang harus
dilakukan. Memang kecewa, sakit hati, benci, tapi setidaknya kita sebagai
masyarakat tau kemana arah kebijakan pemerintah. Agar tidak terkesan seenaknya
dalam membuat kebijakan yang pada akhirnya membuat masyarakat menerapkan
peraturannya sendiri.