Ingin tulisan kamu menghasilkan uang? Klik link inik

BTS vs Kurt Cobain, atau BTS = Kurt Cobain?

photo by Saiful Ardianto

Ada yang tau BTS? Ada dong, masa enggak! Atau bahkan sudah menasbihkan diri sebagai ARMY?


Beyond the Scene atau Bangtan Boys yang kemudian dikenal sebagai BTS adalah sebuah boy band kenamaan asal Korea Selatan. Namanya tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bahkan jika kita bertanya pada gadis belia siapapun yang sedang lewat di depan kalian, mereka akan tau persis siapa saja anggota BTS, judul lagu populernya, bahkan hobi member-membernya. Hal ini tak mengherankan karena BTS sendiri mempunyai fandom yang sangat besar di Indonesia.

 

Baru baru ini, BTS collabs dengan sebuah perusahaan makanan cepat saji terkenal asal Amerika; Mc’D. Kita tau bahwasanya Mc’D merupakan salah satu perusahaan besar di dunia dan memiliki 30.000 lebih gerai yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia sendiri, jumlah gerai Mc’D mencapai 227 gerai. Wow!

Sebuah kolaborasi terbesar yang pernah dilakukan di pertengahan tahun 2021 ini mengingat BTS sendiri memiliki jumlah penggemar lebih dari 18 juta orang yang juga tersebar di seluruh dunia. Jangan tanya dapet data dari mana ya! Ehe.

 

Kemarin lusa, tepatnya Rabu 9 Juni Mc’D Indonesia resmi merilis BTS Meal dan siap dipesan konsumen setia terutama para ARMY. Dan coba tebak apa yang terjadi? Boom, pesanan membludak hingga pihak Mc’D kewalahan. Antrean mengular, para ojol berbaris menunggu pesanan, hingga akhirnya pemerintah memaksa penutupan sementara beberapa gerai yang ramainya keterlaluan. Animo masyarakat sangatlah buas. Terbukti kan pengaruh BTS di Indonesia!

Baca juga: Secuil Korea di Kaki Gunung Kelud


Okay,  skip dulu tentang kolaborasi BTS dan Mc’D yang sedang heboh. Ada satu hal yang membuat penulis gatal untuk mulai mengetik ketika mendengar salah satu teman berucap Apasih, wong cuman boy band menye-menye kok sampek segitunya, lebay! Kalo ini didengar ARMY pasti langsung digampar dia. Untung aku bukan salah satunya. Ehe.

 

Mengutip dari data diatas, BTS mempunyai fandom yang diperkirakan berjumlah 18 juta orang, itu artinya 18 juta orang setuju bahwa BTS adalah boy band terkenal. Terlepas dari gayanya yang menye-menye atau apalah, 18 juta orang mengidolakan mereka. Ingat boy, 18 juta bukan jumlah yang sedikit, kalo dibuat beli micin bisa goblog se-kecamatan!


Jujur, penulis bukanlah salah satu fans BTS. Wong akrab dengan nama BTS juga baru kemarin karena si Doi kepengen beli BTS Meal. Tapi ketika mendengar ada orang meremehkan idola orang lain kok ya nggak nyaman aja ditelinga. Penulis ngefans nya sama Kurt Cobain. Bagi yang tidak tau siapa dia, Kurt adalah vokalis dari sebuah band beraliran grunge asal Seattle, US. Generasi 90’an pasti pada tau. Apalagi yang sempet “remaja” di masa itu.

 

Bisa di sebut, Kurt Cobain adalah ikon jiwa muda yang penuh dengan pemberontakan pada masa itu. Bayangkan saja, setiap aksi panggungnya tak pernah lupa membanting gitar hingga hancur.  Tak jarang ia berkelahi dengan penonton. Dan yang lebih parah, ia pernah memporak-porandakan seisi panggung ketika konser. Dari aksi panggung dan lantunan lirik lagunya memberikan persepsi bahwa jiwa muda ya harus seperti itu, berontak dan rusuh.

Baca juga: Si Barbar Itu Bernama Netizen!


Kurt dan band nya juga tak lepas dari  cibiran fans dan bahkan musisi se-angkatannya kala itu. Yang dikatakan skill musiknya amburadul lah, pembawa pengaruh anti kemapanan lah, penghasut bunuh diri lah. Tak lain dan tak bukan karena pada era  itu dikuasai oleh generasi penyuka aliran Glam rock. Mereka belum siap menerima kehadiran grunge bawaan Kurt Cobain. Dan hal itu pun kini terulang kembali. Ketika fenomena BTS dengan gayanya menguasai generasi saat ini. Para penyuka aliran musik generasi pendahulu kaget dengan datangnya gaya musik yang dibawakan BTS. Akhirnya generasi penyuka aliran musik pendahulu mencibir gaya musik bawaan BTS. Hal ini tak lain dan tak bukan adalah bentuk superioritas dari generasi penyuka aliran musik pendahulu demi menegakkan nilai-nilai selera yang dipanutnya sejak dulu.


Perlu dipahami guys, setiap generasi membawa seleranya masing-masing. Tak ada gunanya memaksakan “rasa” generasi kita kepada generasi baru. Sangat tidak berguna jika kita terus mengagung-agungkan ideologi generasi kita dengan cara mengerdilkan selera generasi terbaru. Jika kita memang tidak menyukai selera dari suatu generasi, artinya ada proses “potong generasi” yang musti kita terima dengan legowo, tanpa melontarkan cibiran-cibiran yang tak bermutu.

Baca juga: Pendidikan, Penting atau Tidak?

1 komentar

Berkomentarlah dengan bijak!
Karena kedewasaan tercermin dari apa yang keluar dari mulut dan perilaku.
Termasuk juga jempol saktimu
© Lifestyle. All rights reserved. Developed by Jago Desain