Ingin tulisan kamu menghasilkan uang? Klik link inik

Cangkruk dan Fenomena Budaya Masyarakat Urban

 

photo by bayu probo

Budaya adalah suatu sikap perbuatan yang dilakukan secara terus menerus secara konstan. Pelakunya adalah suatu kelompok masyarakat yang saling terikat dengan norma-norma yang berjalan di tengahnya. Mengutip dari Ralph Linton, seorang antropolog berkebangsaan Amerika;

Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu.

Dua kutipan diatas sudah cukup untuk mendefinisikan budaya secara eksplisit.

Jika kita berbicara tentang budaya, pastinya sangat luas. Diambil dari asal bahasanya, budaya berasal dari bahasa sansekerta Budhayah yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi yang bermakna budi atau akal. Sedangkan dalam bahasa inggris, kata padanan yang paling dekat dengan budaya adakah Culture yang mempunyai akar kata dari bahasa Latin Colore yang berarti mengolah atau mengerjakan.

Di suatu komunitas masyarakat, budaya dapat menjadi sarana penghasil produk seperti karya, norma, etika, dan juga kebiasaan yang ter-pola. Ditinjau dari sudut yang paling sederhana, budaya selalu muncul dari sesuatu yang sederhana namun dilakukan secara berulang.

Sudah cukup ber-teorinya. Kali ini kita akan membahas sebuah budaya yang jamak tercipta di kalangan masyarakat urban. Cangkruk. Sebuah budaya yang terbentuk dari padatnya kegiatan masyarakat urban. Sebuah kegiatan yang dapat mereduksi penat setelah seharian berjibaku dengan segala kebisingan rutinitas harian.

Cangkruk berakar dari sebuah kata dalam bahasa jawa yang bermakna duduk. Dewasa ini, kata cangkruk mendapat perlebaran makna menjadi berkunjung ke sebuah tempat penyedia layanan cangkruk seperti; warung kopi, kedai minum, Café, Pub, dll. Sehingga cangkruk sendiri memiliki beragam padanan kata seperti; cangs, cangkrukan, hangout, nongkrong, kongkow, yang masing masing mewakili identitas pengunjung tempat cangkruk.

Sebagai contoh, komunitas pengunjung Café tidak menggunakan kata cangkruk melainkan lebih memilih kata cangs atau hangout. Sementara komunitas pengunjung Pub lebih senang dengan penggunaan kata nongkrong atau kongkow. Kata cangkruk atau canngkrukan sendiri sering digunakan oleh komunitas pengunjung warung kopi karena kata ini dirasa paling merakyat dan sederhana.

Cangkruk menjadi fenomena budaya urban dimana tempat cangkruk menjadi ruang publik yang senantiasa memberikan kenyamanan ketika kantor, mal, pabrik memberikan tekanan dan tuntutan kewajiban kerja.

Baca juga: tanda tanya, buat apa?

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak!
Karena kedewasaan tercermin dari apa yang keluar dari mulut dan perilaku.
Termasuk juga jempol saktimu
© Lifestyle. All rights reserved. Developed by Jago Desain