Budaya adalah suatu sikap perbuatan yang dilakukan
secara terus menerus secara konstan. Pelakunya adalah suatu kelompok masyarakat
yang saling terikat dengan norma-norma yang berjalan di tengahnya. Mengutip dari
Ralph Linton, seorang antropolog berkebangsaan
Amerika;
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu.
Dua kutipan diatas sudah cukup untuk mendefinisikan
budaya secara eksplisit.
Jika kita berbicara tentang budaya, pastinya sangat
luas. Diambil dari asal bahasanya, budaya berasal dari bahasa sansekerta Budhayah yang merupakan bentuk jamak dari
Buddhi yang bermakna budi atau akal. Sedangkan
dalam bahasa inggris, kata padanan yang paling dekat dengan budaya adakah Culture yang mempunyai akar kata dari
bahasa Latin Colore yang berarti
mengolah atau mengerjakan.
Di suatu komunitas masyarakat, budaya dapat menjadi
sarana penghasil produk seperti karya, norma, etika, dan juga kebiasaan yang
ter-pola. Ditinjau dari sudut yang paling sederhana, budaya selalu muncul dari
sesuatu yang sederhana namun dilakukan secara berulang.
Sudah cukup ber-teorinya. Kali ini kita akan
membahas sebuah budaya yang jamak tercipta di kalangan masyarakat urban. Cangkruk. Sebuah budaya yang terbentuk
dari padatnya kegiatan masyarakat urban. Sebuah kegiatan yang dapat mereduksi
penat setelah seharian berjibaku dengan segala kebisingan rutinitas harian.
Cangkruk berakar dari sebuah kata dalam bahasa jawa yang
bermakna duduk. Dewasa ini, kata cangkruk
mendapat perlebaran makna menjadi berkunjung ke sebuah tempat penyedia layanan
cangkruk seperti; warung kopi, kedai minum, Café,
Pub, dll. Sehingga cangkruk sendiri
memiliki beragam padanan kata seperti; cangs,
cangkrukan, hangout, nongkrong,
kongkow, yang masing masing mewakili identitas pengunjung tempat cangkruk.
Sebagai contoh, komunitas pengunjung Café tidak menggunakan kata cangkruk
melainkan lebih memilih kata cangs
atau hangout. Sementara komunitas pengunjung
Pub lebih senang dengan penggunaan
kata nongkrong atau kongkow. Kata cangkruk
atau canngkrukan sendiri sering
digunakan oleh komunitas pengunjung warung kopi karena kata ini dirasa paling
merakyat dan sederhana.
Cangkruk menjadi fenomena budaya urban dimana tempat
cangkruk menjadi ruang publik yang senantiasa memberikan kenyamanan ketika kantor,
mal, pabrik memberikan tekanan dan tuntutan kewajiban kerja.
Baca juga: tanda tanya, buat apa?